Oleh Febrianus Suryanto
Partai politik pada hakekatnya adalah sebuah suprastruktur yang harus dimiliki sebuah sistem pemerintahan agar dapat dikatakan sebagai sistem pemerintahan yang demokratis. Keberadaan partai politik sangatlah urgen sebagai pilar dalam menyangga sistem politik serta berperan penting dalam alur demokrasi. Idealnya, partai politik merupakan representation of ideas atau cerminan dari preskripsi tentang negara dan masyarakat yang dicita-citakan sehingga harus diperjuangkan.
Sebagai representation of ideas, setidaknya ada tujuh hal fungsi partai politik yang teridentifikasi (Surbakti, 1999:116-121), yakni: sebagai pelaksana sosialisasi politik, rekruitmen politik, partisipasi politik, pemandu kepentingan, komunikasi politik, pengendali konflik dan sebagai kontrol politik. Ketujuh fungsi tersebut mengindikasikan bahwa partai politik memiliki arti penting dalam sebuah sistem demokrasi.
Partai Golongan Karya (Golkar) merupakan salah satu partai politik terbesar di Indonesia. Partai yang berdiri pada akhir era kepemimpinan Presiden Soekarno ini menyadari fungsinya sebagai penyangga demokrasi. Namun, dalam upaya untuk menjadi penyangga demokrasi yang kokoh, berbagai problem partai politik yang ada di Indonesia termasuk Golkar, utamanya adalah masalah pada ideologi partai (Firmanzah, 2011: 197). Padahal, politik dan ideologi merupakan dua hal yang tidak dapat dilepaspisahkan.
Ideologi sangat berperan penting pada eksistensi suatu partai politik. Namun, ideologi partai politik kerap kali melemah, maka perlu penguatan. Untuk konteks NTT, penguatan ideologi partai menjadi catatan penting bagi partai Golkar dalam usianya yang mencapai 56 tahun. Dengan ideologi yang kuat, maka Partai Golkar NTT mampu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah NKRI.
Track Record Golkar di NTT
Partai Golkar NTT akan merayakan hari ulang tahunnya yang ke-56 pada tanggal 20 Oktober 2020. Usia 56 tahun merupakan usia yang sangat matang bagi perjalanan sebuah partai besar seperti Golkar. Menurut hemat penulis, usia 56 tahun merupakan sebuah momentum bagi Partai Golkar untuk merefleksikan peran dan fungsinya sebagai penyangga politik dan demokrasi di Indonesia pada umumnya dan NTT pada khususnya.
Selama 56 tahun yang telah lewat, Partai Golkar telah berjuang dalam mewujudkan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bersatu, damai, adil dan makmur sembari menjunjung tinggi hak asasi manusia, demokratis, mandiri, terbuka, egaliter serta berkesadaran hukum dan lingkungan. Partai ini juga dilandasi oleh semangat kekaryaan serta disiplin yang tinggi. Landasan substansial tersebut telah menjiwai Partai Golkar dalam berkarya mewujudkan masyarakat NTT yang demokratis, sejahtera serta mewujudkan pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat NTT.
Selain itu, Partai Golkar juga mempunyai komitmen yang kuat dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat NTT sehingga menjadi kebijakan politik yang bersifat publik. Partai Golkar juga telah berhasil membangun komunikasi yang dialogis dan partisipatif melalui sikapnya yang terbuka terhadap latar belakang pikiran, aspirasi dan kritik masyarakat NTT yang berbeda-beda. Di atas itu semua tujuannya adalah salus populi suprema lex yakni kesejahteraan atau kepentingan rakyat sebagai hukum yang tertinggi.
Dalam konteks NTT, Partai Golkar sudah menunjukkan substansinya sebagai penyangga demokrasi. Hal ini nyata dalam berbagai keberhasilan yang dicapai Partai Golkar dalam kinerjanya. Misalnya, suksesnya musyawarah daerah (Musda) Partai Golkar X di Kupang pada tanggal 2-3 Maret 2020. Dalam Musda tersebut Partai Golkar berhasil menyelesaikan salah satu agenda penting yakni pemilihan Ketua DPD Golkar NTT 2020-2025 yang dimenangkan kembali oleh Emmanuel Melkiades Laka yang sebelumnya (2017-2020) menjadi Ketua DPD. Pemilihan Ketua DPD berlangsung dengan cara elegan, jalan damai, yakni melalui musyawarah mufakat.
Menurut pengakuan Elias Sumardi Dabur, seorang advokat dan peminat politik, pemilihan Ketua DPD umumnya berjalan dengan situasi yang panas, ribet, penuh intrik dan manuver. Namun, Partai Golkar telah menunjukkan teladan yang baik bagaimana demokrasi berjalan dan mengakar dalam konteks keindonesiaan. Menurut Elias yang dihimpun oleh media voxntt.com, dengan menempuh metode tersebut, Partai Golkar telah menghidupkan dan memberi nyawa kembali nilai-nilai demokrasi yang bermula dari tradisi musyawarah majelis rakyat.
Hal tersebut menurut penulis, merupakan sebuah prestasi besar dalam internal Partai Golkar. Penulis sangat menyakini bahwa apa yang menjadi kekuatan internal sebuah partai, itu yang akan ditampilkannya keluar. Kekuatan internal merupakan dasar kokoh bagi perjalanan sebuah partai politik. Tanpa kekuatan internal, penulis menyakini bahwa partai politik tersebut akan mengalami banyak tantangan dan hambatan. Namun, Partai Golkar telah menunjukkan bahwa partai ini adalah partai yang kuat secara internal. Keutamaan ini tentu tidak menjadi keuntungan untuk Partai Golkar sendiri, tetapi juga menjadi teladan untuk partai politik yang lain serta bagi kesejahteraan masyarakat NTT secara keseluruhan.
Penguatan Ideologi Partai
Aprista Ristyawati, mahasiswi Universitas Diponegoro telah melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penguatan partai politik sebagai salah satu bentuk pelembagaan demokrasi. Penelitian yang menggunakan metode yuridis normatif dan deskriptis analitis ini menunjukkan bahwa ada tiga problem utama partai politik di Indonesia yang terjadi pada saat ini dan salah satunya adalah semakin melemahnya ideologi partai politik. Hasil ini tentu mengambil sampel semua partai politik di Indonesia termasuk Partai Golkar. Realitas problematis ini tentu bukan saja menjadi tanggung jawab partai politik (baca: partai Golkar) sendiri melainkan tanggung jawab masyarakat sebagai arah perjuangan partai politik.
Ideologi sendiri memiliki dua pengertian yaitu ideologi secara fungsional dan ideologi secara struktural. Secara fungsional, ideologi diartikan sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama, atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Sedangkan secara struktural, ideologi dapat diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa (Ramlan Surbakti, 2007: 32-33).
Sekurang-kurangnya, ada dua kriteria yang menjadi tolok ukur dalam mengetahui kelemahan ideologi partai politik (Jurnal UndiP, 2019: 713). Pertama, berdasarkan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai. Dokumen AD/ART merupakan pernyataan formal partai politik yang berisi pernyataan ideologis, prinsip-prinsip abstrak dan tujuan pokok partai.
Kedua, perilaku elit partai politik ketika menghadapi pemilu khususnya fenomena terjadinya koalisi partai yang berbeda ideologi. Idealnya koalisi partai dibentuk dengan dasar kesamaan ideologi suapaya tidak menimbulkan perselisihan serta pengambilan kebijakan yang salah.
Fenomena melemahnya ideologi partai politik ini menjadi momentum sekaligus catatan kritis bagi Partai Golkar NTT pada usianya yang ke-56 tahun. Untuk Golkar sendiri, ideologi partai berperan penting bagi eksistensi partai sendiri. Partai Golkar memiliki ideologi yakni akan tetap dan terus konsisten menjadi benteng terdepan dalam mempertahankan Pancasila dan jiwa UUD 1945 sebagai landasan dalm kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Eksisnya Partai Golkar di NTT hingga kini merupakan konsekuensi dari konsistennya Partai Golkar dalam menjalankan ideologinya.
Salah satu upaya yang penulis tawarkan dalam memperkuat ideologi partai Golkar di NTT adalah meningkatkan peran Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) partai Golkar NTT.
Litbang dalam partai politik berperan dalam mengumpulkan, menganalisis dan mendristribusikan informasi politik kepada publik seperti pesaing politik, media massa, jurnalis maupun masyarakat sendiri. Selain itu, Divisi Litbang juga berperan untuk menjaga konsistensi ideologi Partai Golkar sehingga tidak mudah dipengaruhi dan dirusak oleh individu-individu tertentu.
Pentingnya peran Litbang dalam organisasi politik seperti Golkar terletak dari ketertarikannya dalam upaya penterjemahan ideologi partai sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh masyarakat .
Akhirnya, selamat merayakan hari jadi yang ke-56 untuk partai Golkar NTT. Semakin tua usiamu, semakin besar pula tanggung jawabmu dalam memperkuat ideologi partaimu sehingga terwujudlah kehidupan politik Indonesia yang demokratis yang diabdikan untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara. (*)
Mahasiswa STFK Ledalero, Maumere