LAKNAT bernama Coronavirus Disease, yang lebih kondang dengan sebutan Covid-19, memang menjadi momok. Momok ini tidak sekadar mengganggu kenyamanan beraktivitas atau ketahanan ekonomi, tetapi juga sungguh mengancam nyawa.
Menurut data yang dirilis dari https://www.worldometers.info/coronavirus/ hingga tanggal 29 Desember 2020 di seluruh dunia sudah terdapat 81.839.654 dengan jumlah korban meninggal mencapai 1.784.850 orang.
Sedangkan di Indonesia hingga tanggal yang sama sudah terdapat 727.122 kasus, dengan angka kematian mencapai 21.703 orang.
Di Nusa Tenggara Timur, hingga Selasa (29/12/2020), sudah terdapat 2.088 kasus dengan 44 orang meninggal dunia.
Dampak virus corona memang sungguh luar biasa. Dia tidak hanya merenggut nyawa manusia tak berdosa, tapi juga melumpuhkan hampir semua sektor. Pariwisata dunia hancur. Bali yang merupakan episentrum pariwisata Indonesia, misalnya, kunjungan wisatawannya anjlok 95 persen.
Anjloknya kunjungan wisatawan ini mempunyai efek domino yang panjang. Sopir taksi dan moda transportasi kehilangan penumpang. Para tourist guide nganggur karena tidak ada tamu. Tingkat hunian hotel turun jauh. Restoran dan rumah makan sunyi. Penjual suvenir gulung tikar karena tidak laku.
Pertumbuhan ekonomi dunia juga terjun bebas mencapai angka minus. Mernurut perkiraan, pendapatan dunia hilang sekitar Rp 40.500 triliun. Kita mesti membayangkan angka kerugian sebesar ini sama dengan 16 tahun APBN Indonesia dengan asumsi satu tahun APBN Indonesia sebesar Rp 2.500 triliun seperti tahun 2020 sekarang.
Di NTT dampak di sektor ekonomi akibat hantanam corona sudah nyata dan terjadi. Di Maumere, misalnya, keluarga yang kehilangan pendapatan tanpa sungkan ke Rumah Jabatan Bupati Sikka meminta beras.
Di Kota Kupang sopir taksi mogok karena perusahaan mesti memikirkan skema pekerjaan guna bisa bertahan. Pedagang makanan keliling yang saban hari mangkal di sekolah-sekolah sudah lama tinggal di rumah karena kehilangan lahan.
Di sektor pendidikan juga sama. Sekolah-sekolah ditutup. Tempat ibadat ditutup. Guru dan murid berinteraksi melalui daring. Mahasiswa kuliah secara virtual. Ibadat di rumah-rumah ibadat mulanya ditutup, kemudian dibuka lagi dengan pengawalan ketat.
Inilah gambaran sekadarnya tentang efek, akibat dan dampak yang ditimbulkan oleh virus maut ini.
Menghadapi virus laknat ini, semua elemen, semua pihak bersatu menyusun langkah nyata melawan, menghentikan penyebarannya. Semua negara melakukan lock down, merefocussing anggaran, terlibat dalam penelitian, memproduksi kebutuhan seperti masker, hand sanitiser dan sebagainya.
Di Kabupaten Sumba Timur, semangat melawan Covid-19 juga nyata terlihat. Staf pemerintah kabupaten, dari kantor bupati hingga ke aparat desa terlibat aktif memerangi virus ini.
Semua upaya pencegahan bermuara pada 4M, yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun. Di mana-mana 4M selalu disuarakan, disosialisasi dan diminta menjadi bagian dari laku hidup setiap hari.
Singkat kata, menerapkan 4M dalam laku hidup sehari-hari harus menjelma menjadi habitus baru, sikap baru, kebiasaan baru.
Komandan Kodim 1601/Sumba Timur, Letkol Czi. Dr. Dwi Joko Siswanto, S.E. M. I. Pol, Senin (28/12/2020) di ruang kerjanya, menegaskan penerapan 4M secara teratur dan disiplin dapat mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan masyarakat. 4M harus lalu dipatok menjadi protokol kesehatan. Disebut protokol karena menyangkut cara, aturan yang mesti ditaati guna menghindari virus ini.
“Saya tidak henti-hentinya berbicara tentang penerapan 4M, dan hanya itu saja yang bisa melindungi kita dari Covid-19. Jika kita sudah memakai masker udara sudah tersaring, apalagi jika kita jaga jarak dari orang lain itu lebih baik, dan menjaga kebersihan tangan juga menjadi hal penting. Ya, hanya perlu kesadaran masyarakat saja, jika masyarakat sudah patuh terhadap protokol kesehatan kita pasti dapat memutuskan rantai penyebarannya di tengah masyarakat,” tegas Siswanto.
Untuk memastikan masyarakat dalam keadaan yang sehat, kata Siswanto, pihaknya berkoordinasi dengan Panglima Kodam IX/Udayana untuk membantu ketersediaan Rapid Test Antigen. Yang luar biasa, Pangdam Udayana langsung merespon dengan antara lain membantu 1.000 Rapid Antigen.
Juru bicara Tim Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Sumba Timur, dr. Chrisnawan Try Haryantana, mengatakan penambahan kasus Covid-19 di Kabupaten Sumba Timur seiring dengan pelacakan secara mendalam pada kontak langsung dengan klaster pilkada.
Klaster pilkada, kata Haryantana, mendominasi ruang isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah Rara Meha Waingapu dan juga Hotel Cendana Sumba Timur.
Haryantana mengaku hingga saat ini Tim Satgas masih melakukan pelacakan secara mendalam di sejumlah wilayah yang pernah dikunjungi oleh klaster pilkada selama sosialisasi dan kampanye terbuka.
“Memang setelah kasus pertama pada klaster pilkada terkonfirmasi, beberapa hari itu pasien kasus Covid-19 meningkat secara signifikan karena pelacakan serta pemeriksaan sampel secara Test Cepat Molekuler (TCM) yang dilakukan di RSUD Rara Meha, Waingapu. Dengan pemeriksaan TCM tersebut memberikan ruang bagi kita untuk melacak secara cepat siapa-siapa saja yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan langsung dijemput dan diisolasi secara terpusat agar tidak menyebar di masyarakat.” jelasnya.
Haryantana menghimbau masyarakat harus memperketat protokol kesehatan di mana pun berada. Masker jangan pernah dilepas jika berada di tengah banyak orang. “Karena hanya dengan memperketat protokol kesehatan kita dapat mengantispasi paparan Covid-19 dari orang lain,” kata Haryantana.
Bagi pelaku perjalanan agar selalu sadar dengan melakukan karantina mandiri selama beberapa hari, dan selalu melakukan kontrol di posko-posko terdekat jika muncul gejala-gejala seperti demam, batuk pilek dan gejala lainnya.
“Pelaku perjalanan dari mana pun juga agar melakukan karantina mandiri selama beberapa hari. Jika menunjukkan gejala Covid-19 langsung menghubungi posko-posko kesehatan atau dapat langsung berkunjung ke pusat kesehatan terdekat,” tegasnya.
Di Sumba Timur ada dua tempat yang disiapkan Tim Satgas sebagai ruang isolasi terpusat bagi pasien Covid-19, yakni di RSUD Rara Meha diperuntukan bagi pasien positif yang bergejala dan di Hotel Cendana Waingapu disiapkan untuk pasien kasus Covid-19 yang tidak ada gejala atau OTG.
“Karena ruang isolasi di RSUD Rara Meha hanya menampung beberapa pasien Covid-19, maka kami membuka ruang isolasi lagi di Hotel Cendana Waingapu, sehingga pasien Covid-19 yang bergejala dirawat di Ruang Isolasi RSUD Rara Meha, sedangkan pasien Covid-19 yang tidak memiliki gejala atau OTG diisolasi di Hotel Cendana Waingapu,” imbuhnya.
Di Sumba Timur, yang mendominasi Ruang Isolasi RSUD Rara Meha atau di Hotel Cendana Waingapu adalah pasien kasus positif dari klaster pilkada. Bahkan terkonfirmasi pula ada 2 kasus meninggal dari klaster pilkada tersebut.
Dari data Posko Kabupaten Sumba Timur per tanggal 28 Desember 2020 tercatat ada 5 kasus meninggal di antaranya 3 kasus pelaku perjalanan dan 2 kasus klaster pilkada dengan transmisi lokal.
Seorang pasien Covid-19, IJH menjelaskan, penyebaran Covid-19 di Sumba Timur dengan transmisi lokal sudah semakin meluas, tidak lagi dapat dicegah penularan sekadar dengan 4M, karena penerapan 4M kita sendiri masih sangat longgar.
Terbukti di beberapa tempat umum di Sumba Timur, seperti di Taman Sandalwood, Taman Kota, pelabuhan dan tempat kuliner malam, tidak ada fasilitas cuci tangan yang memadai.
“Jadi kalau sekadar menghukum warga yang tidak pake masker, itu kita justru hanya tegas di 1M, lalu mengabaikan mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Jadi harusnya kita lebih memperhatikan fasilitas yang menunjang pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19. Pemerintah harus ambil bagian dalam situasi ini dengan pengadaan fasilitas pendukung,” imbuhnya.
Kapolres Sumba Timur, AKBP Hendrio Wicaksono. S.I.K, beberapa hari lalu dalam apel gelar pasukan Natal dan Tahun Baru menghimbau agar masyarakat tidak boleh menggelar acara-acara yang menimbulkan kerumunan dan juga pawai Tahun Baru.
Kapolres beralasan kasus Covid-19 di Sumba Timur meningkat secara signifikan.
Gereja yang melakukan ibadah Natal dan Tahun Baru, kata Kapolres, agar lebih memperhatikan protokol kesehatan secara ketat.
“Penambahan kasus Covid-19 di Sumba Timur meningkat secara signifikan. Oleh karena itu untuk antisipasi, kami himbau agar masyarakat tidak boleh adakan pesta yang menimbulkan kerumunan, jika ada kami bubarkan. Juga Tahun Baru tidak ada pawai. Kami tegaskan tidak ada. Gereja yang melakukan ibadah tolong perketat protokol kesehatan,” pintanya.
Untuk diketahui total jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Sumba Timur, per tanggal 28 Desember 2020 mencapai 94 kasus dengan akumulasi pasien dirawat 58 kasus, sembuh 31 kasus dan 5 kasus meninggal.
Kita tidak ingin, siapa dia tidak mau Covid-19 terus menggerogoti semua sendi dan sektor kehidupan kita. Selama belum ada obat dan atau vaksi yang membantu mencegahnya, 4M harus konsisten diterapkan. Konsistensi menerapkan 4M sudah semestinya menjadi sebuah habitus baru di titian hidup di tengah pandemi ini. (rambu prailiang)